Jumat, 30 November 2018

PENGERTIAN MINAT


PENGERTIAN MINAT


Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.[1] Minat berarti kecenderungan hati (keinginan, kesukaan) terhadap sesuatu.[2] Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.[3] Menurut Ismail, minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke arah sesuatu yang sangat berharga bagi seseorang. Semua berharga sesuai dengan kebutuhannya.[4]

Pengertian Minat menurut Hilgard (dalam Slameto, (1991) menyatakan: Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content.
“Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memerhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.”[5]
Jadi minat adalah keinginan, kemauan, rasa suka / tertarik terhadap sesuatu hal atau terhadap aktifitas yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut.
Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, siswa harus memberi perhatian penuh pada bahan yang dipelajarinya, karena apabila bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, akan menimbulkan kebosanan, sehingga yang bersangkutan tidak lagi belajar.[6] Minat belajar ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi, dan keaktifan siswa dalam belajar.
Selama ini, upaya meningkatnya minat baca ditekankan pada aspek sosial, dengan menuntut peran aktif lingkungan, baik lingkungan keluarga,sekolah,maupun masyarakat secara umum.[7] Bahan ajaran dan cara penyampaian sedapat mungkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut. Walaupun hampir tidak mungkin menyesuaikan pengajaran dengan minat kebutuhan setiap siswa, sedapat mungkin perbedaan-perbedaan minat dan kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. Setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri. Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian.[8] 
Tanner & Tanner (1975) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa.[9] Rooijakkers (1980) berpendapat hal ini dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.[10] Para pengajar harus memahami aspek-aspek internal dan aspek-aspek eksternal yang bisa mempengaruhi  perilaku siswa.


[1] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 180.
[2] Cipta Ginting, Kiat Belajar di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Grasindo, 2005), Cet. II, hlm. 98.
[3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. XV, hlm.133.
[4] Ismail,  Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group), Cet. I, hlm28
[5] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (berbasis integrasi dan kompetensi), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),Ed. 3, hlm. 130.
[6] Ibid., hlm. 129-130.
[7] Sintha Ratnawati, Mencetak anak cerdas dan kreatif, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2002), Cet. II, hlm. 120.
[8] R. Ibrohim dan Nana Syaodih.S., Op. Cit., hlm. 26-27
[9] Slameto, Op. Cit., hlm. 181.
[10] Ibid.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL


A.      Keuntungan Media Visual
Sama halnya dengan alat bantu auditif, alat-alat bantu visual tidak mahal, mudah digunakan dan terutama jelas dan mengesankan dalam penyajian.[1] Adapun keuntungan media visual, yaitu:
1.      Menarik
Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.[2] Beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang diserap melalui media penglihatan (media visual), terutama media visual yang menarik, dapat mempercepat daya serap peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan.
Salah satu keuntungan penggunaan media pembelajaran visual adalah, bentuknya dapat dibuat semenarik mungkin, agar anak tertarik untuk mempelajarinya. Misalnya dalam media jenis gambar atau proyeksi, media tersebut dapat dibuat dengan menambahkan animasi yang eye catching, warna yang membangkitkan semangat, dan lain-lain. Sedangkan untuk Media yang berupa model, dapat diwarnai dan dibentuk semirip mungkin dengan yang asli sehingga mudah diingat.

2.      Lebih mudah diingat
Seperti yang telah dibahas diatas, bentuk nyata, gambar, atau gambar bergerak akan lebih mudah diingat oleh para peserta didik. Apabila dibandingkan dengan media pembelajaran yang hanya berupa text book, para peserta didik akan sedikit kesulitan untuk mengingatnya.

 3.      Variatif
Karena jenisnya yang beragam, pendidik dapat menggunakan semua jenis media visual yang ada. Hal ini dapat menciptakan sesuatu yang variatif, dan tidak membosankan bagi para peserta didiknya.

4.      Dapat melibatkan anak untuk menggunakannya
Maksudnya disini, apabila media pembelajaran visual yang digunakan adalah media pembelajaran nonproyeksi, para peserta didik dapat dengan langsung menyentuh dan belajar menerangkannya juga.

B.     Kerugian Media Visual
Ada beberapa kelemahan sehubungan dengan gerakan pengajaran visual itu, antara lain terlalu menekankan bahan-bahan visualnya sendiri dengan tidak menghiraukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan desain, pengembangan, produksi, evaluasi dan pengelolaan bahan-bahan visual. Kelemahan lainnya adalah bahan visual dipandang sebagai alat bantu semata-mata bagi guru dalam melaksanakan kegiatan mengajarnya sehingga keterpaduan antara bahan-bahan pelajaran dan alat bantu tersebut diabaikan.[3] Diantara kerugian-kerugian lain media visual antara lain:

1.      Sulit dibawa-bawa
Beberapa media pembelajaran visual yang memiliki ukuran besar cukup menyulitkan untuk dibawa ke sana-ke mari. Begitu pula untuk menyajikan media pembelajaran visual yang diproyeksikan, tentu membutuhkan banyak benda-benda penunjang yang cukup merepotkan untuk selalu dibawa-bawa.

2.      Membutuhkan listrik
Untuk media pembelajarn visual yang diproyeksikan, harus membutuhkan listrik. Hal ini cukup merepotkan apabila terjadi gangguan di sumber listrik, dan cukup membahayakan apabila tidak digunakan dengan hati-hati.

3.      Apabila dipakai oleh murid-murid, kemungkinan cepat rusak
Salah satu keuntungan dari media pembelajaran visual adalah dapat digunakan juga oleh peserta didik. Namun, dari keuntungan ini, muncul kerugian juga, karena apabila digunakan dengan banyak orang, media yang digunakan dapat menjadi cepat rusak.


[1] Departemen Agama RI, Op. Cit, hlm.114.
[2] HM. Musfiqon, Op. Cit., hlm. 70.
[3] Nana Sujana dan Ahmad Rifa’i. Op. Cit., Cet. IV, hlm. 58.