PENGERTIAN MINAT
Minat adalah suatu rasa lebih suka
dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin
besar minat.[1]
Minat berarti kecenderungan hati (keinginan, kesukaan) terhadap sesuatu.[2] Secara sederhana,
minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.[3] Menurut
Ismail, minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke arah sesuatu yang sangat
berharga bagi seseorang. Semua berharga sesuai dengan kebutuhannya.[4]
Pengertian Minat menurut Hilgard (dalam
Slameto, (1991) menyatakan: Interest is persisting tendency to pay attention
to and enjoy some activity or content.
“Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memerhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan.”[5]
Jadi minat adalah keinginan, kemauan,
rasa suka / tertarik terhadap sesuatu hal atau terhadap aktifitas yang
mendorongnya untuk melakukan hal tersebut.
Untuk memperoleh hasil belajar yang
baik, siswa harus memberi perhatian penuh pada bahan yang dipelajarinya, karena
apabila bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, akan menimbulkan
kebosanan, sehingga yang bersangkutan tidak lagi belajar.[6] Minat
belajar ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi, dan keaktifan siswa
dalam belajar.
Selama ini, upaya meningkatnya minat baca
ditekankan pada aspek sosial, dengan menuntut peran aktif lingkungan, baik
lingkungan keluarga,sekolah,maupun masyarakat secara umum.[7]
Bahan ajaran dan cara penyampaian sedapat mungkin disesuaikan dengan minat dan
kebutuhan tersebut. Walaupun hampir tidak mungkin menyesuaikan pengajaran
dengan minat kebutuhan setiap siswa, sedapat mungkin perbedaan-perbedaan minat
dan kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. Setiap anak mempunyai minat dan
kebutuhan sendiri-sendiri. Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan,
sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian.[8]
Tanner & Tanner (1975) menyarankan agar para
pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa.[9]
Rooijakkers (1980) berpendapat hal ini dapat pula dicapai dengan cara
menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah
diketahui kebanyakan siswa.[10]
Para pengajar harus memahami aspek-aspek internal dan aspek-aspek eksternal
yang bisa mempengaruhi perilaku siswa.
[1] Slameto, Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.
180.
[3] Muhibbin
Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), Cet. XV, hlm.133.
[4] Ismail, Strategi
Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group),
Cet. I, hlm28
[5] Tohirin,
Psikologi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (berbasis integrasi dan kompetensi), (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008),Ed. 3, hlm. 130.
[7] Sintha Ratnawati, Mencetak anak cerdas dan kreatif, (Jakarta: Kompas Media
Nusantara, 2002), Cet. II, hlm. 120.
[8] R. Ibrohim dan Nana Syaodih.S., Op. Cit., hlm. 26-27
[9] Slameto, Op. Cit., hlm. 181.
[10] Ibid.