Selasa, 05 Juli 2022

KEBUDAYAAN ISLAM

 Definisi mengenai Kebudayaan Islam

Secara garis besar Kebudayaan yang sebenarnya ialah suatu hasil daya pemikiran dan pemerahan tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga fikiran  dengan tenaga lahir manusia ataupun hasil dari gabungan tenaga batin dan tenaga lahir manusia. Apa yang dimaksudkan gabungan antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan tenaga lahir ialah apa yang difikirkan oleh manusia itu terus dibiat dan dilaksanakan. Apa yang difikirkannya itu dilahirkan dalam bentuk sikap. Maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan

Jadi kalau begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir ataupun yang batin walau dibidang apapun, dianggap kebudayaan. Sebab hasil daripada dayapemikiran dan daya usaha tenaga lahir manusia akan tercetuslah soal-soal politik, pendidikan, ekonomi, sastera dan seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan lainnya.

Dan kalau begitu pengertian kebudayaan maka agama-agama diluar Islam juga bisa dianggap kebudayaan. Ini adalah karena agama-agama seperti Budha, Hindu, kristen (yang telah banyak diubah-ubah) itulahir hasil dari pemikiran (ide-ide) manusia. Ia adalah ciptaan akal manusia.

Sehingga dari dasar pengertian di atas, maka kami menyimpulkan bahwa agama islam tidak merupakan suatu kebudayaan, karena bukan hasil dari pemikiran dan ciptaan manusia, bukan pula hasil budi dan daya (tenaga lahir) manusia.

Walaupun agama islam bukan merupakan suatu kebudayaan tetapi sangat mendorong (bahkan turut mengatur) penganutnya untuk berkebudayaan. Islam bukan kebudayaan tetapi mendorong manusia untuk hidup dalam kebudayaan yang baik. Islam mendorong berkebudayaan dalam berfikir, berekonomi,berpolitik, bermasyarakat, berpendidikan, menyusun rumah tangga dan lain-lain.

Contoh kecil adalah agama islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam bidang ibadah. Contoh dalam ibadah yang sudah kita tahu adalah sholat (sembahyang). Dalam Al-Qur’an ada perintah :

Terjemahan : “Dirikanlah sembahyang”. (Al-Baqarah : 43)

Perintah sholat di atas bukanlah merupakan kebudayaan karena merupakan wahyu dari ALLAH SWT. Dari firman di atas mewajibkan kita untuk melaksanakan perintah ”dirikanlah sembahyang” maka timbullah daya pemikiran kita, bagaimana hendak melaksanakan sembahyang, dimana tempat untuk melaksanakannya dan lain-lain. Secara ringkas kami simpulkan, sebelum kita bersembahyang maka kita sudah mengkaji sunah Rasulullah yang menguraikan kehendak wahyu itu tadi.

Fiman Allah SWT :

Terjemahan : “Tiada Rasul itu berkata-kata melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya”. (An Najm : 3-4).

Seumpama dalam melaksanakan sholat berjamaah, kita berbaris dalam saf-saf yang kita luruskan dan rapatkan. Jadi dalam kita melaksanakan barisan saf yang lurus dan rapat itulah yang disebut dengan budaya, karena merupakan hasil usaha tenaga lahir kita untuk membuat barisan saf tersebut.

Dalam melakukan sholat tentu adanya tembah ibadah yang bersih. Jadi memerlukan tempat atau bangunan yang bersih, bukan hanya bersih dari najis tetapi juga dari segala pandangan yang bias mengganggu kekhusyukan kita pada saat kita beribadah. Sehingga Umat Islam diharuskan menggunakan pikiran, memikirkan perlunya tempat-tempat ibadah sesuai dengan kriteria di atas, yaitu musholla, surau ataupun masjid. Apabila kita membangun masjid atau surau hasil dari pikiran dan dorongan wahyu “Dirikanlah Sembahyang” itu maka lahirlah kemajuan dan lahirlah suatu kebudayaan.

Begitu juga dengan kebudayaan dalam bergaul dalam masyarakat, dalam Al Qur’an dijelaskan :

Terjemahan :”Hendaklah kamu bertolong bantu dalam berbuat kebajikan dan ketaqwaan. Dan janganlah bantu dalam membuat dosa dan permusuhan”. (Al Maidah : 2)

Perintah ini bukanlah kebudayaan, melainkan kita hendaknya mengamalkan tuntutan dan kehendak perintah sehingga terbentuklah kebudayaan. Dalam kehidupan bermasyarakat maka kita diharuskan untuk saling bergotong-royong untuk membuat kebajikan dan kebaikan serta bergotong-royong juga dalam memberantas perkasa dosa dan persengketan maka tentunya kita menggunakan pikiran kita. Setelah dipikirkan untuk bergotong-royong dalam masyarakat tentulah melahirkan dalam bentuk tindakan atau sikap. Jadi terbentuklah kebudayaan dalam masyarakat yang saling bergotong-royong.

Sebagai contoh lain, umat islam sekarang ini banyak memakai pakaian yang terbuka, seperti shirt, gaun dan sebagaunya. Ini adalah orang islam yang berkebudayaan orang lain yaitu berkebudayaan Barat. Apa yang dilakukan ini bukan merupakan kebudayaan Islam, tetapi kebudayaan orang lain yang diamalkan atau dilaksanakan oleh orang Islam. Jadilah orang Islam itu yang berkebudayaan orang lain.

Kalau begitu tentulah banyak hal yang telah dilakukan oleh masyarakat Islam sejak ratusan tahun dulu hingga zaman sekarang bukanlah dari kebudayaan islam melainkan hanya dikaitkan dengan kebudayaan Islam. Contohnya adalah patung-patung yang pernah dibuat oleh orang-orang Islam ratusan tahun dahulu yang sudah dikaitkan orang dengan kebudayaan Islam. Mana ada dalam ajaran Islam yang membenarkan membuat patung? Itu sebenarnya adalah perbuatan orang Islam yang berkebudayaan orang lain.

Perbuatan seperti ini terjadi juga dalam urusan membuat mesjid. Contohnya dapat dilihat pada mesjid Cordova Spanyol, yang tempat sembahyangnya dibuat sudah tidak mengikut cara Islam. Ia disalut dengan emas. Ini tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran Islam. Maka ini bukan kebudayaan Islam tetapi kebudayaan orang Islam.

Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam? Pada umumnya suatu yang dicetuskan itu bersih dengan ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran ataupun sudah berupa bentuk, sikap atau perbuatan dan didorong oleh perintah wahyu. Itulah yang benar-benar dinamakan Kebudayaan Islam.

Dengan ajaran agama Islam  ini diamalkan dengan sungguh-sungguh, umat Islam akan menjadi maju dan dengan kemajuan yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau tamadun. Makin banyak umat Islam  mengamalkan hokum islam, semakin banyaklah kemajuan dan seterusnya makin banyak lahirlah kebudayaan atau Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar