Tradisi sendiri memiliki arti sebagai adat kebiasaan
turun-temurun yang masih selalu dijalankan dalam kehidupan masyarakat. Sebelum
agama Islam masuk, masyarakat Nusantara sudah mengenal segala macam
kepercayaan. Hal inilah yang membuat proses dakwah Islam pada waktu itu tidak
lepas dari adat yang sudah berlaku.
Kepercayaan yang ada di dalam masyarakat sudah
mendarah daging tidak mungkin dapat dihilangkan secara langsung, namun harus
memerlukan proses yang cukup lam. Tradisi Islam di Nusantara merupakan perpaduan
antara ajaran Islam dan adat (kebudayaan) yang ada di Nusantara.
Kebudayaan Islam yang datang ke Nusantara mengalami akulturasi dengan tradisi dan upacara masyarakat setempat. Tradisi dan upacara yang biasa dilakukan penganut animism, dinamisme, Hindu dan Budha, ternyata dalam nenerapa hal dipratikkan dalam kehidupan keagamaan masyarakat Islam. Misalnya, terhadap seseorang yang telah meninggal dunia diadakan acara selamatan hari ke-1 sampai hari ke- 7, ke-40, ke-100 dan ke-1000.
Upacara–upacara keagamaan yang sampai saat ini senantiasa diselenggarakan adalah peringatan hari-hari besar Islam, missal Maulid Nabi. Dalam acara Grebeg Mulud, di daerah-daerah tentunya biasanya disertai dengan membersihkan benda-benda keramat seperti keris, tombak, kereta dan lain-lain. Di Yogyakarta dan Surakarta, peringatan Maulid diramaikan dengan bunyi gamelan sekaten dan pertunjukan lain yang diadakan di alun-alun keratin. Peringatan Hasan Husein yang merupakan pengaruh Islam aliran syiah juga dilaksanakan pada setiap 10 Muharam oleh penduduk setempat dengan membuat bubur syura berwarna putih coklat. Begitu banyak sekali kebudayaan-kebudayaan masyarakat Nusantara yang diselenggarakan oleh masyarakat setempat. Dengan sedikit contoh di atas, kita dapat ambil kesimpulan bahwa kebudayaan yang sudah ada di Masyarakat tidak bisa langsung dihilangkan, tetapi kita harus bias menyikapi dan bias mengambil hikmah dari setiap acara adat kebudayaan yang dilaksanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar